Menurut KBBI cita adalah cita1/ci·ta/ n 1 rasa; perasaan
hati; 2 kl cipta; 3 citacita; 4 cinta; 5 ide; gagasan;
Sedangkan cita-cita menurut KBBI adalah 1 keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran: ia berusaha mencapai ~ nya untuk menjadi petani yang baik; 2 tujuan yang sempurna (yang akan dicapai atau dilaksanakan): untuk mewujudkan ~ nasional kita, kepentingan pribadi harus dikesampingkan.
Namun aku tak ingin membahas arti cita secara bahasa, Aku lebih tertarik membahas arti cita dalam kehidupan. Kenapa tertarik karena betapa pentingnya kata cita itu dalam kehidpan ini.
Yang perlu diperhatikan adalah penulisan ini sebenernya berdasar pengalaman pribadi, tidak mempertimbangkan dari penelitian manapun jadi suka-suka aku ya dalam menulis.. hihihihi..
Suatu saat aku berpikir apa ya jadinya hidup ini jika tidak mempunyai cita, harapan, misi, tujuan ? mungkin seperti orang linglung, tidak jelas arah mana yang di tuju. Secara pribadi pernah aku merasa puas dengan apa yang kudapat sehingga aku dalam menjalani aktifitas hidup kurang bersemangat dan terkesan malas-malasan. Dalam hal ini adalah cita untuk merampungkan studi S1 ku di salah satu Sekolah Tingggi Swasta di Bekasi. Pada tahun kedua dan ketiga bisa diibaratkan titik kemalasanya paling tingggi dan sebanding dengan tingkat motivasiku yang rendah.
Pada saat itu berfikirnya.
Buat apa sih aku kuliah? kerja sudah dapat dan sudah menjadi kar tap,
Buat apa sih aku kuliah? lembur malah bisa menghasilkan materi.
Buat apa sih aku kuliah? menghabiskan pikiran dan waktu saja.
Apakah nanti berguna di pekerjaan? padahal kerjaanku ga sejalan dengan ilmu studi ku
Kemalasanku dalam menyelesaikan kuliah itu ditambah dengan sistem di perkuliahanku yang kurang jelas (khusus anak-anak alumnus LLK BS), bayaran semesteran yang bebas kapan saja yang penting lulus lunas. Sistem bayaran seperti itu yang membuat aku menunda dalam pembayaran dan merasa tidak terbebani saat aku keluar dari kulah.
Namun Secercah harapan itu datang ketika aku dimasukan kedalam grup watsap di angkatan adek kelas yang mayoritas adek kelasku di LLK -BS. Tiap hari di grup itu rame sekali. Walaupun kebanyakan tidak membicarakan materi kuliah, namun lebih sering membicarakan pekerjaan mereka, lowongan kerja dan kadang saling ejek masalah sehari-hari. Adek kelasku di LLK BS itu mayoritas bekerja di luar Bridgestone, karena kebetulan setelah aku lulus, bridgestone mengubah kebijakanya untuk efisiensi karyawan. Sehingga mereka mencari kerja sendiri. Suka duka mencari kerja pernah mereka rasakan berbeda dengan aku yang dimudahkan dalam mencari kerja. Namun dengan mereka bekerja di luar Bridgestone mereka sangat semangat sekali dalam kuliah. Yang aku baca dari mereka adalah kuliah ->dapat gelar sarjana ->lompat ke PT lain yang lebih bonafit.
Dalam ilmu spekulasi, Ibarat kita punya 1000 mau sepekulasi ke 1100 harus berpikir ulang. namun jika kita hanya punya 100 berspekulasi ke 1100 pasti sangat berani. kenapa berani, karena jika kita gagal dalam meraih yang 1100 kita hanya kehilangan 100 .Jka kita kehilangan 100 masih banyak yang membuka jalan di 100, 200 maupun 300. Berbeda dengan kasus pertama jika spekulasi ke 1100 kita gagal, akan kehilangan 1000 dan 1000 itu sudah didapat.
Dari situ aku tersadar, mereka mempunyai cita-cita sehingga semangat dalam mengejar sarjana. Nah aku bagaimana? Setelah aku mengenal seseorang yang ada di jogja sana. yang mungkin kelak menjadi istriku. Munculah cita itu. cita yang belum aku pikirkan sebelumnya. Dari cita itu walaupun sudah agak terlambat dan belum terbukti hasilnya namun beberapa pelajaran dapat aku ambil dari arti sebuah cita. Aku harus segera menyelasaikan studiku setidaknya bisa tepat waktu 4 tahun.
Cita haparan itu tidak dibatasi dan tidak ada yang membatasi. kita memiliki 10 bahkan seribu cita dan harapan itu tidak ada yang melarang. Pernah membaca dalam suatu artikel ada seseorang yang menulis 100 cita dan harapanya di lembaran kertas yang ditempel di dinding kamar. Tiap poin cita yang sudah dicapai poin tersebut di contreng atau dicoret. Setelah beberapa tahun 100 cita yang ditulis itu sudah tercontreng semua yang artinya sudah terwujud. Mungkin perlu bagi kita untuk menulis 100 bahkan lebih cita kita agar kita lebih mempunyai arah dalam hidup ini.
Dalam hal agama allah menjanjikan surga kelak di akherat bagi hambanya yang bertaqwa yaitu senantiasa menjalankan apa yang menjadi kewajiban dan sunnah nabi serta menjauhi segala laranganya. Aku tak membayangkan tatanan dunia ini jika penghuninya tidak ada orientasinya ke akherat, tidak ada cita untuk mendapat syurganya allah. mungkin yang ada hanya keserakahan, dimana yang kuasa, yang kuat makin berjaya dan yang tertindas yang lemah makin terpuruk dan menderit-.
Akhir tulisan ini adalah penting memiliki cita yang tidak hanya berorientasi pada duniawi saja. Cita terhadap lingkungan, cita terhadap sesama, dan yang paling penting cita pada kehidupan akherat (syurga allah pemilik segalanya).
Dengan cita akan terlihat langkah akan menuju kemana. Namun selain memiliki cita-cita dan harapan, jangan sampai lupa dibarengi sifat qanaah dan sifat syukur dengan apa yang telah dicapai.