Pages

Tuesday, October 1, 2019

Kegelisahan dan kesempatan

Berbicara masalah persapian, walaupun aku anak yang lahir di tahun 90an atau sering disebut sebagai gen milenial, tapi aku sedikit banyak tau mengenai dunia persapian. Bagaimana tidak, sejak kecil mainanku sudah sapi. Itu karena simbah ku memelihara sapi dan menurun ke bapak. Dari menuntun, memandikan, membajak pernah aku lakukan. Jarang gen milenial yang sepertiku. Terkait dunia persapian dan pasar sapi ada hal yang menjadi kegelisahan ku dan bisa jadi kesempatanku.

Kegelisahanyaaaa
Jadi begini, Beberapa hari lalu, tepatnya hari Sabtu wage 21 Sept 2019 aku main ke pasar sapi jangkang. Pasar hewan yang terletak di kecamatan ngemplak sleman yogyakarta. Kebetulan sedang pulkam. (Anak rantau di bekasi sudah 10 tahun). Pasar jangkang ini saya rasa menjadi satu-satunya pasar hewan yang tersisa di daerah sleman. dimana sebelumnya ada pasar Pakem. Tapi kondisinya sekarang sudah bubar. 

Bubar kenapa.. ??
salah satunya karena sepi 

Kenapa sepi..??
ya karena gen milenial sangat sedikit yang memiliki jiwa peternak maupun petani. Otomatis tinggal generasi tua, itupun seiring dengan berjalanya waktu akan berkurang sedikit demi sedikit. 
Selain itu generasi tua pun mulai beralih dalam metoda membajak sawah. dari metoda membajak dengan hewan ke membajak dengan traktor. Hal ini sangat berpengaruh sekali. kenapa.?? ya karena dahulu petani sering ke pasar untuk mencari sapi yang bisa untuk membajak dan sekarang mayoritas sapi hanya untuk penggemukan saja. Gen tua yang dulu memelihara sapi hanya untuk membajak, kini menjual sapinya beralih ke menggunakan traktor.
Di desaku saja sangat sedikit sekali yang memelihara sapi.
Dulu satu RT saja bisa 4-5 orang yang memelihara sapi. Sekarang tinggal 2 orang.

Kembali ke cerita sabtu wage. Berkaca dari pasar pakem, melihat keadaan pasar wagenan ini kok rasa-rasanya sangat menghawatirkan. Pengunjungnya sangat berbeda jauh bila dibanding dengan 5 tahun lalu, akan lebih jauh lagi bila di banding dengan 10 tahun yang lalu. Mayoritas yang datang ke pasarpun juga tidak untuk membeli sapi.
Ada yang sekedar cuci mata.
Ada yang sekedar silaturahmi dengan teman sesama peternak.
Ada yang sekedar mau beli sabit dan peralatan tani lainnya.
Ada yang sekedar mau lihat gerobak.
Ada yang sekedar mau beli tongseng.

Bahkan kurang lebih 100 menit aku di situ hanya ada satu sapi yang diangkut alias laku
sungguh miris sekali.

Dari sisi pedagang, slot-slot tempat sapi juga sudah banyak yang kosong, tentu saja pedagang juga mikir karena rugi di ongkos. Hanya sekedar datang tapi tidak laku sapinya. Lebih lebih pedagang yang tidak punya kendaraan angkut sapi sendiri, pasti mereka memilih dirumah saja.

Di sisi 180 derajat
ini adalah kesempatan

Kesempatan untuk aku sebagai individu
Bagaimanapun sapi masih dibutuhkan untuk even tahunan seperti Idul Qurban. Aku sebagai gen milenial jika dapat memanfaatkan even ini, saya rasa bukan hal yang sulit. Pesaing adalah gen tua yang seiring berjalanya waktu akan berkurang. Dalam kacamata saya, saat ini pemain qurban masih itu-itu saja.

Ini adalah kesempatan besar yang harus segera dimulai

Disisi lain aku masih berharap Pasar Jangkang masih bisa exsis untuk selamanya. Exsis di hari-hari biasa, tidak hanya minggu wage dan even qurban saja. Karena jika Pasar Jangkang bubar pasar paling dekat adalah pasar Ambar ketawang, Pasar Prambanan, dan Pasar Muntilan.

Jayalah Peternak & Petani Indonesia

0 comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

contact

telp : 085714218812 wa : 089623965810