Jogjakarta memiliki jaringan jalan yang bagus, yaa seridaknya jika dibanding dengan dengan kota-kota yang pernah aku singgahi. Bagus dari sisi mana sih? Dari kacamata ku terlepas macet yang makin menjadi momok tapi jalan di jogja itu seperti jaring laba-laba, dimana sikitar malioboro sebagai pusatnya dan ada jalan-jalan yang tidak terlalu berkelok-kelok yang menghubungkan daerah pusat ke tepi jaring, jalan apa saja itu? Sisi utara ada jakal, jamal, jalan tentara pelajar, Sisi timur ada jalan solo dan jalan wonosari. Sisi selatan ada jalan bantul, jalan parang tritis. Sisi barat ada jalan wates dan jalan godean. Selain jalan utama yang terhubung sedemikian rupa, jalan-jalan di perkampungan pun tertata begitu rapi. Kalo dibanding bekasi mah kalah jauh bekasi. Di jawa tengah pun tak sebagus jogja jalannya, baik jalan propinsi maupun jalan kampungnya. Bandingkan sendiri kalo tidak percaya.
Berbicara jalan yang ada di kampungku, tak ada salahnya jalan yang sudah bagus dipercantik dengan pagerisasi dan tamanisasi.
Ada ide untuk membuat selokan di jalan utama desa agar kalau hujan air tidak memenuhi jalan yang seringkali menyerupai sungai tapi memiliki jalur berupa selokan yang ada di salah satu sisinya.
Selain membuat jalur horisontal ada ide membuat jalur vertikal, caranya gimana?
Yaitu dengan membuat sumur-sumur resapan dan memperbanyak biopori. Fungsinya agar air hujan tidak hanya lewat di permukaan saja tapi bisa meresap dan disimpan di bumi kampungku.
Mmmm itu beberapa uneg-uneg #1 di bidang lingkungan.